Kamis, 29 Oktober 2020

NOVEMBER MOVEMENT : BRANTAS WITHOUT MICROPLASTIC

Last year Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) did research on the Brantas River. The results are very surprising. The Brantas River contains Microplastics! Even though the Brantas river water is used for drinking water and crop irrigation which constitutes 1/5 of the national food stock. https://www.change.org/p/kementerianlhk-kemenpu-jokowi-free-brantas-river-from-microplastic-before-it-s-too-late-freebrantasfrommicroplastic-brantasbebasmikroplastik Microplastic is plastic with a size of less than 5 mm. There are two processes for the formation of microplastics, the first is deliberately produced in small sizes by industry and the second comes from large plastic crumbs. More shocked, 72% of fish in the Brantas river also contain microplastics. It's really dangerous if we consume fish with microplastics. Especially if it is eaten by children. Ecoton conducted lab tests on 51 people living in Brantas, whose POSITIVE faeces contained 5.38 Microplastic particles / 10 grams of faeces. Similarly in river water, the microplastic content is 1.47 to 41.32 particles / liter. Microplastic sources come from plastic waste, plastic bags, styrofoam, and disposable diapers which are mostly thrown into rivers. Most of the 12 waste paper factories that exist along the Brantas river. There are also body care products commonly known as microbeads or plastic scrubs, such as toothpaste, beauty scrubs, and facial wash / facial cleansers that are often thrown into the river. Microplastic which has been buried in the body for a long time has a bad effect. Can interfere with metabolism and hormones because there are compounds Endocrine Disrupting Chemicals (EDC's). The mildest effects of diarrhea, and the most severe can trigger cancer, lymph nodes, skin, and nasopharynx. ECOTON ask the Ministry of Environment and Forestry (KLHK) and the Ministry of Public Works and Public Housing (PUPR) to handle this Microplastic by Microplastic Standart Regulation for industries liquid waste, especially for paper industry in Indonesia. Ecoton also encourage KLHK to ensure that every producer that produces sachet waste, disposable packaging, bottled drinking water, diapers once to provide a special waste bin through the Extended Producer Responsibility (EPR) policy. Also stop the production of personal care / body care / cosmetics that contain microbeads. The Demands above is part of the concrete steps of the JAKTRANAS program that refers to Perpres No 97/2017 on National Policies and Strategies for Management of Household Waste and Similar Household Waste and Government Regulation No 82/2001 concerning Water Pollution Control and Water Quality Management. ECOTON need your support to sign and distribute this petition for Brantas River Without Mikroplastics, before it's too late!

Rabu, 28 Oktober 2020

41% SAMPAH RUMAH TANGGA DIBAKAR CEMARI UDARA

Pencemaran plastik semakin meningkat di perairan dan lingkungan karena pengelolaan sampah tidak menjadi prioritas, anggaran pengelolaan sampah umumnya kurang dari 0,5% APBD kab kota, akibatnya layanan sampah yang mampu disediakan pemerintah hanya menjangkau 30% penduduk. " Perlu upaya pengurangan volume sampah ditingkat rumah tangga dan mendorong kondisi nol sampah pada tingkat desa atau kelurahan," Ungkap daru Setyorini Manager program zerowaste cities ecoton, lebih lanjut Daru Setyorini menyatakan Untuk menuju bebas sampah atau
zero waste cities, perlu didukung penyediaan sarana TPS3R di tiap desa dan peraturan pemerintah utk melarang penggunaan plastik sekali pakai yg tidak bisa didaur ulang seperti sachet, styrofoam, kresek dan sedotan. Perusahaan produsen sampah harus bertanggung jawab dalam pengumpulan dan pengolahan sampah produknya. Edukasi masyarakat perlu dilakukan secara masif utk mengajak masyarakan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dan memilah sampah sejak dari rumah.

ECOTON MINTA DLH NGANJUK BERSIHKAN SAMPAH POPOK KALI BODOR

Tumpukan sampah popok dipermukaan Kali Bodor seharusnya menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Ecoton melayangkan surat Kepada Kepala Dinas lingkungan Hidup Kabupaten Nganjuk agar melakukan 5 langka untuk menghindari kerusakan lingkungan di Kali Bodor lebih parah."Kami sudah mengirimkan surat kepada Kepala dinas lingkungan Hidup Kabupaten Nganjuk meminta DLH membersihkan sampah popok di Kali Bodor," Ungkap Rulli Mustika Adya manager litigasi ecoton. "Bahwa hasil investigasi yang sudah ecoton lakukan sebagaimana mestinya wajib ditindak lanjuti Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Nganjuk baik berupa perbuatan dan/atau tindakan hukum dalam penanganan pelanggaran lingkungan hidup sungai Kali Bodor. Maka dengan ini kami meminta Dinas Lingkungan Hidup khususnya Bidang Pengelolaan Sampah dan Bidang Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup untuk melakukan lima langka," Pinta Rulli lebih lanjut Pengacara lingkungan berpengaruh ini menjabarkan lima hal tersebut adalah : 1. Membersikan sungai Kali Bodor dengan melakukan evakuasi popok di wilayah sungai Kali Bodor khususnya di Dusun Mojorejo, Desa Plosoharjo, Kecamatan Pace. 2. Memasang papan informasi mengenai resiko dan bahaya penggunaan popok sekali pakai. 3. Memasang papan larangan membuang sampah di sepanjang wilayah sungai Kali Bodor. 4. Menyediakan tempat sampah khusus popok (container sampah popok/droping point popok-droppo) berukuran besar yang diletakkan di sepanjang wilayah sungai Bodor 5. Melakukan Brand Audit popok dengan tindak lanjut mengirimkan teguran tertulis pada perusahaan popok yang sampah popoknya mencemari wilayah sungai Kali Bodor. Surat telah disampaikan kepada DLH pada 28 Oktober 2020.

KALI BODOR NGANJUK SUPLAI SAMPAH POPOK KALI BRANTAS

Sampah Popok menumpuk di Kali Bodor Desa Plosoharjo Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk. Ribuan sampah popok dari berbagai merk ditemukan terapung dan menimbulkan pemandangan tak nyaman dan bau anyir tak sedap. "kondisi seperti ini setiap hari bisa dilihat di sepanjang Kali Bodor, karena kebiasaan masyarakat yang membuang sampahnya ke sungai," Ujar Joko Santoso Warga Dusun Mojorejo Desa Plosoharjo yang rumahnya berjarak kurang dari 5 meter dari Kali Bodor, lebih lanjut Joko santoso menyatakan bahwa tumpukan sampah popok di Kali Bodor menimbulkan bau busuk yang sangat mengganggu pengguna jalan. Berdasarkan hasil pantauan lapangan team ecoton pada hari rabu 28 oktober 2020 dikali Bodor Dusun Mojorejo desa Plosoharjo Kecamatan Pace. kabupaten Nganjuk, ditemukan ribuan popok sekali pakai dari berbagai merek (mamy poko, popokku, happy nappy dan swetty) memenuhi aliran sungai bodor. Kurnia Ara anggota envigreen mengatakan sungai bodor adalah aliran sungai yang nantinya akan mengalir ke sungai brantas. sedangkan sungai brantas sendiri juga punya ekosistem yang harus di jaga kelestariannya. "Kali Bodor ini hulunya ada di Sedudo dan bermuara di Kali Brantas, sehingga pada musim penghujan bisa dipastikan sampah popok ini akan membanjiri Kali Brantas yang bermuara di Surabaya dan Sidoarjo," Ungkap Kurnia Ara mahasiswa Semester lima jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. "Sampah popok ini akan berpotensi mencemari sungai brantas dikarenakan bahan bahan dari popok sekali pakai adalah mayoritas plastik, mengacu berdasarkan penelitian ecoton bahwa 80% ikan di sungai brantas sungai brantas sudah terkontaminasi mikroplastik," Ungkap Azis koordinator Nasional Brigade evakuasi popok.

BANYU BIOLOGI UNAIR TEMUKAN MIKROPLASTIK BENGAWAN SOLO ANCAM PERIKANAN

Kelompok Studi Banyu Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) Universitas Airlangga bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Foundation melakukan penelitian mengenai keberadaan Mikroplastik di Bengawan Solo pada tanggal 1 - 24 Oktober 2020. Lokasi pengambilan sampel mikroplastik di Wilayah Bengawan Solo Segmen tengah yang meliputi Sragen (Desa KebakKramat), Ngawi (Jembatan Pitu), Bojonegoro (Bendungan Gerak/Trucuk da
n Kedung Bendo) dan Lamongan (Laren, Karang geneg, Karang Binangun, Sedayu Lawas/Muara1 dan Terminal Brondong). “Kami ingin menginventarisasi kandungan mikroplastik di bengawan Solo karena selama ini sungai terpanjang di pulau Jawa ini mengalami pencemaran dari industri tekstil dan industry etanol yang ada di Jawa Tengah sedangkan dampaknya dirasakan di Jawa Timur,” Ungkap Ramadani Jaka Samudra coordinator Peneliti Mikroplastik Kelompok Studi Banyu Himbio Unair, lebih lanjut Ramadani menyatakan bahwa dikawasan hilir bengawan solo terdapat ribuan ha Tambak yang bergantung pada air Bengawan Solo. “Memburuknya kualitas air bengawan solo akan berdampak buruk bagi industry budidaya ikan di hilir bengawan Solo,” Ungkap Ramadani Jaka Samudra. Titik pengambilan sampel merupakan daerah yang di lalui oleh aliran Sungai Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo, merupakan sungai nasional yang melintasi 2 provinsi yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, Sungai Bengawan Solo memiliki pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat sekitar yakni sebagai sumber air minum, air bersih, bahan baku industri dan pengairan bagi ribuan hektar tambak di Lamongan dan Gresik bagian utara. Namun, disepanjang aliran sungai terdapat aktivitas manusia yang memberikan dampak pada Sungai Bengawan Solo seperti pembuangan limbah industri dan limbah domestic berupa sampah dan limbah cair. Kawasan pesisir menjadi muara bagi mikroplastik yang berasal dari Hulu bengawan solo, di lokasi pantai brondong mikroplastik ditemukan 180 partikel/100 liter air, jumlah ini merupakan yang tertinggi dari 9 lokasi sepanjang bengawan Solo, di bengawan solo sendiri kandungan tertinggi berada di Desa Kebak kramat kabupaten Sragen mencapai 140 partikel/100 liter. Terdapat 3 jenis mikroplastik yang ditemukan dibengawan solo yaitu jenis fiber, fragmen dan filamen. Jenis fiber atau benang-benang mikron ditemukan mendominasi 70%-80% disetiap stasiun pengamatan. Banyaknya jenis mikroplastik fiber ini diduga berasal dari perusahaan tekstil yang dalam proses pembuatan kain menggunakan bahan polyester dan katun sintetik yang menyumbang polutan fiber. Sumber lainnya bisa berasal dari limbah domestic seperti pencucian kain/pakaian dan limbah cair domestic yang banyak menghasilkan microbeads dari sabun cuci muka, odol dan bahan kosmetik lainnya. “Keberadaan mikroplastik akan menjadi ancaman budidaya perikanan, karena ukuran mikroplastik hampir sama dengan plankton yang menjadi pakan utama ikan, sehingga jika jumlah mikroplastik di bengawan solo terus meningkat maka bisa dipastikan ikan akan mengkonsumsi mikriplastik karena ikan tidak dapat membedakan antara mikroplastik dan plankton,” tutur Devida Thalia Salsabella lebih lanjuta mahasiswi semester V Jurusan Biologi Unair ini menyatakan Jika ikan mengonsumsi mikroplastik dan manusia memakan ikan tersebut, maka sejatinya manusia telah memakan sampahnya sendiri. “Kami mendorong pemerintah untuk membuat regulasi yang mengurangi penggunaan plastic sekali pakai, mengutamakan pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran pada industri yang berada kawasan Sungai Bengawam Solo serta melakukan penegakan hukum atau sanksi penutupan outlet apabila terdapat pelanggaran,” ungkap Haikal Nur Azasi anggota peneliti Kelompok Studi Banyu Selain itu Haikal mendorong upaya edukasi terhadap masyarakat agar timbul kesadaran bagi masyarakat untuk mengurangi sampah plastic sekali Pakai. “mendesak dilakukan penggunaan plastic sekali pakai seperti diet Kantung plastic, sachet, botol minum plastic, sedotan dan Styrofoam karena jenis bungkus sekali pakai ini tidak muda didaurulang,”Ungkap Haikal.

Brantas Community Action Day dari Tanam Mangrove, Bersih-bersih Pantai, Uji Kualitas air hingga Promosi Refill Keliling

Relawan Brantas Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas  Brawijaya, Malang membersihkan sampah plastik kawasan Mangrove W...