Kamis, 25 Februari 2021

“We have to stop our habit of eating plastic, we must reduce the use of single-use plastics”

(Surabaya, 25 February2021) 50 Environmental activists from Muhammadiyah University Lovers of the Universe (MUPALAS) with the Reject Plastic Community (KTP) and Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) core member Breakfreefromplastic unfurled posters during the # 2021stopeatingplastic campaign  in the Kenjeran coastal area of ​​Surabaya, East Java, Thursday (25/2/2021) The action began with an Brand audit, audit of the plastic wrap brand that became trash in these waters as an effort to encourage citizens of the earth to collaborate to free water from microplastics. The brand audit activity continues the results of community research against single-use plastics from state universities in Madura and Surabaya showing that seawater and marine life have been contaminated by microplastics. 

They demanded that consumer good producers provide special plastic sachet containers that cannot be recycled. If this is not done, the North coast of Java will be eroded by microplastics because the negative impacts of this plastic waste outweigh the benefits. It is feared that microplastics could threaten the environment and marine life in the Madura Strait. Micplastics are plastic crumbs or flakes measuring approximately 5 mm to 330 microns or 0,33 mm.

Surabaya east coast areas become trash cans because solid waste services only reach 30% -40% of the population, the remaining up to 70% of East Java's population is littered and coastal /River becomes a land fill.

From the results of the brand audit, it was found that the top 10 producers of the largest plastic waste contributors were PT. Wings, nestle, PT. Forisa Nusa Persada, Indofood, PT. Mayora Indah, PT. Santos Jaya Abadi, Frisian Flag, PT. Marimas Putera Kencana
, Gift of Fresh Nature, and Nutrifood.

These companies also have responsibility for the post-consumption waste of their products (Extended producer Responsibility). This is clearly stated in Law Number 18 of 2008 concerning Waste Management Article 15 which states that producers are required to manage the packaging and / or goods they produce that cannot or are difficult to decompose by natural Processes. Environmental activists invite the public to reduce the use of consumables and plastics such as disposable diapers, plastic bags, Styrofoam, straws, plastic bottles, and sachet.

“Fish, shrimp, sea cucumbers and mussels in the Madura Strait have been contaminated with microplastics, the plastic waste that we throw away is consumed by the seafood we eat. We have to stop our habit of eating plastic, we must reduce the use of single-use plastics," said Randu, the coordinator of Mupalas.

“through this campaign bring access of information on Good Circular Economy; consume less, consume Sbetter and create critical communities and understand about health impact from microplastic” Said Andreas as Ecotons Microplastic research coordinator.

Selasa, 23 Februari 2021

TERIPANG SELAT MADURA MENGANDUNG MIKROPLASTIK MUPALAS AJAK KURANGI GUNAKAN SACHET

 Terdeteksi 92 partikel mikroplastik dalam setiap ekor teripang yang diambil dari selat madura, kondisi ini mengkhawatirkan karena Teripang merupakan primadona seafood yang banyak dijadikan cemilan. Jika mikroplastik tertelan kedalam tubuh manusia maka bisa menyebabkan gangguan hormone dan disfungsi seksual. Untuk mengendalikan mikroplastik di perairan selat Madura Mupalas mengajak masyarakat melakukan pengurangan pemakaian plastik sekali pakai

Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan (food chain) di daerah terumbu karang dengan asosiasi ekosistemnya pada berbagai tingkat trofik (trophic levels), berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Deposit feeder adalah cara makan hewan mendapatkan makananya dengan mengumpulkan partikel kecil berupa detritus beserta mikroorganisme terkecil (bakteri pengurai) yang mengendap di dasar substrat. Dengan cara deposit feeder ini kelemahan teripang dalam memilih makanan adalah ia tidak mampu membedakan antara mikroorganisme dan mikroplastik. Menurut penelitian yang diterbitkan pada jurnal Scientific Reports pada tahun 2016, invertebrata seperti teripang dan kerang menghadapi kesulitan dalam bereproduksi ketika ada mikroplastik di dalam tubuh mereka.

Tim Peneliti Mahasiswa Pecinta Alam Mahasiswa Universitas Muhammadiya Surabaya (Mupalas) mengambil sampel teripang pada tanggal 07 Februari 2021 di Selat Madura dengan satu lokasi yang sama pada titik koordinat -6o55’51” LS 112o 27’8” BT .”menurut nelayan lokasi pengambilan sample merupakan habitat Teripang” ungkap Randu Ketua Mupalas.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah terkandung dalam pencernaan teripang. pada saluran pencernaan teripang memiliki jenis fiber, filamen, fragmen dan granule Mikroplastik jenis fiber ini kemungkinan berasal dari kegiatan nelayan dilaut seperti kapal, jaring, dan lain lain (Katsanevakis dan Katsarou, 2004). "filamen biasanya berasal dari remahan kantong plastik, kemasan makanan dan sachet, perlu kita memulai kurangi konsumsi makanan dan personal care dengan wadah sachet, agar teripang minim mikroplastik," Ungkap Randu mahasiswi Semester 8 Universitas Muhammadiya Surabaya.


  Selain dari hasil aktivitas laut, mikroplastik juga berasal dari sungai yang bermuara ke laut yang disumbang dari hasil aktivitas antropogenik di darat seperti limbah rumah tangga, limbah industri dan sampah plastik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Selat Madura telah tercemar mikroplastik karena adanya aktivitas di darat yang menghasilkan pencemaran khususnya sampah plastik dan diperparah dengan aktivitas di laut oleh nelayan.

 Dampak mikroplastik Karena ukurannya yang kecil, mikroplastik dapat dengan mudah memasuki rantai makanan di lautan. Aneka organisme laut, seperti zooplankton, udang, bivalvia, ikan, dan paus, telah dilaporkan menelan mikroplastik (Cole et al., 2013; Lusher et al., 2015; Ferreira et al., 2016).

Partikel mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan, seperti: stres patologis, stres oksidatif, komplikasi reproduktif, dan penghambatan laju pertumbuhan, pada organ-organ. Selain itu, bahan kimia beracun dapat melekat pada mikroplastik karena luas permukaan spesifiknya yang besar dan kemampuan adsorpsi yang kuat. Akibatnya, bahan kimia yang melekat ini dapat menimbulkan risiko besar bagi organisme laut (Reisser et al., 2015). Sebagai vektor patogen dan polutan beracun, akumulasi mikroplastik pada hewan pada akhirnya dapat ditransfer ke manusia melalui rantai makanan, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang parah (Wang et al., 2016).

Minggu, 21 Februari 2021

Selat Madura Tercemar Sachet

Kegiatan Brand Audit Mupalas 4-15 Februari 2021 di Panti Timur Surabaya
Mupalas (Mahasiswa Pecinta Alam) Universitas Muhammadiyah Surabaya melakukan kegiatan audit merk-merk bungkus plastik yang menjadi sampah di perairan (Brand Audit) pada tiga lokasi sepanjang garis pantai timur Surabaya hingga Kenjeranselama dua hari kegiatan brand audit ditemukan 25 karung dengan berat 1534 kilogram. dari 1510 lembar sachet ditemukan 10 teratas produsen terbanyak penyumbang sampah plastik yaitu PT. Wings, nestle, PT. Forisa Nusa Persada, Indofood, PT. Mayora Indah, PT. Santos Jaya Abadi, Frisian Flag, PT. Marimas Putera Kencana, Karunia Alam Segar, dan Nutrifood. Dari 10 Perusahaan ini yang mendominasi penyumbang sampa terbanyak adalah PT. Wings. Perusahaan ini merupakan penghasil produk-produk rumah tangga dan pemeliharaan kesehatan diri (Personal care)” Ujar Randu Ketua Umum Mupalas, lebih lanjut Mahasiswi Semester 8 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya mendorong Gubernur Jatim untuk membuat Perda Larangan Plastik Sekali Pakai dan mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan habis pakai dan plastic seperti popok sekali pakai, kantong plastik, Styrofoam, sedotan, botol plastik, dan kemasan sachet. Temuan sampah tidak bermerk didominasi kantong plastik dan sedotan yang penyumbang terbanyak sampah laut, membuktikan bahwa banyaknya aktifitas masyarakat yang masih bergantung pada pengggunaan kemasan kantong plastik dan sedotan. Pada kemasan kantong plastik diduga merupakan bagian banyak dari sampah rumah tangg
a.

Kesimpulan dari hasil brand audit ini menunjukkan bahwa sampah kebutuhan aktifitas rumah tangga masih mendominasi. Orang menggunakan plastik jika dilihat dari kacamata sosiologi merupakan sebuah fenomena dimana orang ingin cepat dan praktis. Namun, dampak dari sampah plastik ini lebih banyak daripada manfaatnya, maka sampah plastik ini akan terus menjadi permasalahan yang serius. 

 

Lokasi Brand Audit

1.    Brand Audit Pesisir

Dilakukan sepanjang Garis pantai yang ada di Daerah Kenjeran, Sukolilo dan tambak wedi.

2.    Brand Audit Sampah Laut

Sampah plastik diambil di dasar hingga permukaan laut pada koordinat -6o55’51” LS 112o 27’8” BT selanjutnya sampah dipilah di pesisir.

3.    Brand Audit Muara/Mangrove

Sampah yang tersangkut pada ekosistem mangrove di Muara Kali Surabaya pada koordinat -7o30’76”071,112o8219487

Kami khawatir terkait dampak mikroplastik pada lingkungan dan biota laut di Selat Madura, Mupalas mendesak :

Pertama pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya untuk melakukan clean up (pembersihan sampah-sampah sachet) sepanjang pantai utara Surabaya dan meningkatkan pelayanan bank sampah di sekitarnya sehingga masyarakat kota bisa terlayani

Kedua pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk Membuat Perda Pelarangan/pengurangan plastik sekali pakai sebagai upaya mengendalikan timbulnya sampah plastik di sungai dan pesisir. Serta menjaga kualitas hasil laut dan kualitas perairan pada wilayah pesisir utara Jawa Timur dan selat Madura, dengan menetapkan zona tangkap aman dari mikroplastik. 

Ketiga pada produsen penghasil plastik, untuk bertanggung jawab menarik kembali atas sampah produksinya, dan menjalankan kewajiban pengelolaan atas sampah yang dihasilkan atau Extended produsen Responsibilitu

Keempat, pada masyarakat untuk memilah sampah menjadi tiga yakni; sampah residu dibuang di TPA, sampah daur ulang dikumpulkan di Bank Sampah, dan sampah organik dimanfaatkan sebagai pupuk.


 


Selasa, 16 Februari 2021

TELISIK MIKROPLASTIK DI KALI PORONG

Team Telisik Mikroplastik Kali Porong Mahasiswi Biologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya menunjukkan contoh air yang diambil di Tlocor Muara Kali Porong 2/2/2021

Pada data BPS 2013 menunjukkan bahwa Sidoarjo memiliki Kawasan tambak dengan luas 15.513.41 Ha atau 30% dari luar total tambah di Jawa Timur yang mencapai 51.286.71 Ha. Keberadaan tambak menopang 3.257 orang petambak dan 3.246 orang pendega. Komoditas unggulan tambak sidoarjo adalah Udang Windu, Udang Vanname, bandeng dan Tawes. Salah satu penting penyokong kualitas tambak dan perairan pesisir adalah kualitas air Kali Porong yang mengalir ke Pesisir Sidoarjo.  Namun sayang karena buruknya pengelolaan lingkungan Kali Porong dan managemen penanganan sampah plastik di Kabupaten Sidoarjo yang buruk membuat Kali Porong tercemar Partikel Mikroplastik (PM). Sejak Januari hingga Februari 2021 sebanyak 5 mahasiswi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) melakukan Telisik Mikroplastik Kali Porong, meneliti ikan, sedimen, udang, ikan dan Kupang.

  “kandungan Mikroplastik dalam sedimen di Tlocor muara Kali Porong lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan mikroplastik dalam sedimen di Bangkalan, Gresik dan Lamongan”

Grafik 1.  Menunjukkan bahwa sepanjang Kali porong telah terkontaminasi PM, pada Stasiun Rolak Songo mewakili segmen hulu Kali Porong, sedangkan stasiun Mindi-Porong  mewakili segmen tengah dan stasiun  Tlocor mewakili segmen Hilir. Masing-masing stasiun penelitian dilakukan 3(tiga) kali pengulangan.

Telisik Mikroplastik Kali Porong menemukan bahwa air Kali Porong telah terkontaminasi Mikroplastik. “ temuan mikroplastik tertinggi ditemukan di Segmen Hilir di daerah Tlocor sebesar 79 PM/100 liter, di rolak songo ditemukan  73/100 liter sedangkan di mindi ditemukan 63 PM/100 liter,” ungkap Bella Seftianingrum, lebih banjut Mahasiswi biologi semester VI UINSA Surabaya menyatakan bahwa kandungan mikroplastik Kali Porong lebih tinggi jika dibandingkan dengan bengawan Solo yang mencapai 38-76 PM/100 Liter. Keberadaan mikroplastik di perairan mengancam kehidupan biota karena ukuran mikroplastik (1 mikrometer – 5000 mikrometer ) seukuran dengan plankton yang menjadi makanan utama biota perairan (ikan, udang dan kupang/kerang) sehingga keberadaan mikroplastik diperairan dianggap sebagai makanan oleh biota perairan. Padahal mikroplastik adalah polimer yang terbuat dari senyawa polimer dan bahan tambahan atau zat aditif yang beracun

Kandungan Mikroplastic  Sedimen  di Tlocor Tertinggi di Selat Madura

Mikroplastik Sebagian mengisi kolong air dan terbawa arus sungai yang membawa hingga menuju lautan namun Sebagian mikroplastik akan mengendap dalam sedimen. “ Sedimen yang saya teliti diambil di Rolak songo, Mindi dan Tlocor, kandungan PM tertinggi ditemukan di Tlocor sebanyak 83 PM/40 liter, tingginya PM di Tlocor karena lokasinya landai sehingga sedimen menumpuk,” ungkap Linda Setya Rahmawati, lebih lanjut  Mahasiswi biologi semester VI UINSA Surabaya mengkhawatirkan tingginya kandungan mikroplastik dalam sedimen yang menjadi habitat dan sumber makanan bagi berbagi jenis biota air salah satunya adalah kupang. “Jika dibandingkan dengan penelitian lainnya disepanjang selat madura, temuan mikroplastik di Tlocor lebih tinggi dibandingkan dengan Muara kali Lamong di Gresik, lamongan, socah dan kamal di bangkalan,” ungkap Linda Setya Rahmawati.  Harus ada upaya pengendalian kandungan mikroplastik diperairan dan Sedimen karena akan mengancam keamanan pangan laut (seafood) yang banyak dihasilkan oleh kegiatan tambak maupun penangkapan ikan di perairan terbuka.

Perbandingan dengan beberapa penelitian mikroplastik di selat madura sebelumnya menunjukkan bahwa kontaminasu mikroplastik di Tlocor sidoarjo (83/40 gram) lebih tinggi jika dibandingkan dengan Lamongan Utara (72/40 gram), Muara Kali Lamong (69/40 gram) dan Socah Bangkalan (23/40 gram).

Minggu, 07 Februari 2021

SEAFOOD SELAT MADURA TERANCAM MIKROPLASTIK, MAHASISWA UTM DESAKKAN DIET PLASTIK SEKALI PAKAI

Selat Madura  merupakan Kawasan produktif dengan hasil tangkapan tertinggi di Jatim Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 Menyebutkan bahwa Lamongan, Bangkalan, Sidoarjo, Surabaya dan  Gresik  menyumbangkan 35% tangkapan ikan laut di Jawa Timur 2019 sebesar 414.644 Ton. Lamongan, Bangkalan dan Gresik  merupakan wilayah yang termasuk dalam 5 kawasan tangkapan tertinggi tahun 2019. Namun kondisi ini terancam dengan temuan mikroplastik. Kelompok Studi OPTIK (Operasi Pengurangan Plastik) dari mahasiswa semester V program studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo Madura. Penelitian Januari 2021 yang dilakukan di pesisir Lamongan, Pesisir Gresik dan Pesisir Kamal, Madura  menemukan dalam 100 liter air laut terdapat 15-50 partikel Mikroplastik sedangkan dalam 40 gram sedimen ditemukan 8-101 partikel Mikroplastik.

 Mikroplastik Menurunkan Pertumbuhan Ikan

Tim OPTIK UTM melakukan identifikasi mikroplastik
Mikroplastik pada perairan berbahaya bagi biota laut. Secara fisik mikroplastik merupakan benda mikro berukuran 10 mikron hingga 5000 mikron yang bergerak melayang-layang dikolom perairan dan terkadang mengendap pada dasar. Tampilan fisik mikroplastik tersebut dapat mengecoh ikan. Ikan akan menganggap mikroplastik adalah plankton / makanannya dan ikan akan memakan mikroplastik tersebut. Mikroplastik yang mengendap didasar perairan juga akan berdampak buruk bagi biota yang tinggal didasar perairan, seperti kerang, kupang, rajungan dan  cumi-cumi. Biota jenis kerang-kerangan mencari makan pada sedimen yang mengendap. Air yang mengandung mikroplastik akan mengendap pada sedimen dan besar kemungkinan akan dimakan kerang, kupang, rajungan dan  cumi-cumi.  Mikroplastik masuk kedalam tubuh biota maupun manusia  berbahaya karena mikroplastik yang berukuran mikro akan menyumbat saluran pencernaan dan mengganggu system penyerapan nutrisi yang mengakibatkan ikan ataupun manusia mengalami gangguan metabolisme,” Ungkap Dwi Syadina Putri salah satu koordinator Komunitas OPTIK, lebih lanjut mahasiswi semester V Prodi Ilmu kelautan UTM menjelaskan bahwa dampak mikroplastik dalam tubuh biota akan menurunkan tingkat pertumbuhan, menyumbang produksi enzim dan komplikasi pada system reproduksi bahkan bisa menimbulkan stress secara patologis.

Mengapa Mikroplastik Berbahaya?

Mikroplastik berasal dari dua sumber pertama sumber sekunder  yaitu dari sampah plastic yang banyak ditemukan di sungai dan pesisir, sampah plastik seperti tas kresek, sedotan, popok, bungkus, sachet, Styrofoam terdegradasi oleh panah matahari atau gesekan fisik arus air dan Kedua sumber primer dari butiran-butiran sintetis dalam bahan kosmetik dan perawan tubuh (microbeads) seperti sabun, sampho, lulur dan  body scrub.  Mikroplastik memiliki 3 sifat yang menyebabkan mikroplastik menjadi bahan berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup.

1.  Mikroplastik terbuat dari polimer Polietilen, Polipropilen, Poliethilpropilen dan PVC dan 7 bahan tambahan (zat aditif berbahaya). Zat adiktif berbahaya tersebut diantaranya  Bisphenols-A (BPA). BPA digunakan sebagai pengeras pada plastik. Efek negative  BPA dapat mempengaruhi perkembangan otak, kanker, diabetes, dan lain sebagainya. Phthalate bahan pelentur/elastisitas plastik. Phtalate menyebabkan terganggunya system hormone dalam tubuh yang mengakibatkan diabetes, disfungsi seksual dan menopause dini.

2.       Mikroplastik menjadi media tumbuh bakteri patogen,

3.  Hidrofob memiliki ikatan terbuka sehingga mudah mengikat senyawa polutan yang ada di perairan. Pesisir utara Jawa timur diketahui menjad muara dari polutan logam berat, pestisida, detergen, nitrat, nitrit, phospat yang berasal dari Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Keberadaan mikroplastik di selat madura akan mengikat polutan dan meningkatkan daya racun (toksisitas) polutan.

Kami khawatir terkait dampak lingkungan dan Kesehatan mikroplastik apabila tidak mendapat perhatian serius, karena akan mengancam sumber perikanan bagi warga Jawa Timur, Kami OPTIK mendesak Pemerintah Propinsi Jawa Timur Untuk :

Pertama Membuat Perda Pelarangan/pengurangan plastik sekali pakai sebagai upaya mengendalikan timbulnya sampah plastik di sungai dan pesisir.  meningkatkan koordinasi antar pemerintah daerah yang dilewati sungai dengan pemerintah kabupaten perihal pencemaran dan sampah dilaut dan meningkatkan pengelolaan sampah.

Kedua melakukan penelitin lebih lanjut terhadap distribusi mikroplastik yang ada di laut, sedimen maupun biota-biotanya. Mengingat seafood merupakan salah satu komoditas utama daerah pesisir utara Jawa Timur dan selat Madura

Ketiga, Pemerintah harus menjaga kualitas hasil laut dan kualitas perairan pada wilayah pesisir utara Jawa Timur dan selat Madura, dengan menetapkan zona tangkap aman dari mikroplastik. 

OPTIK mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan sadar terhadap lingkungan dengan cara tidak membuang sampah dan limbah cair ke Perairan Sungai dan Laut serta mendorong masyarakat deit Plastik sekali pakai dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai seperti tas Kresek, Botol plastik air minum dalam kemasan, Styrofoam, sedotan, sachet, popok dan pembalut sekali pakai.

Kondisi Pesisir Gresik di Selat Madura banyak ditemukan timbulan sampah plastik akibat minimnya layanan pengelolaan sampah di Kabupaten/Kota yang dilewati aliran Sungai.

Kamis, 04 Februari 2021

KOMUNITAS LINGKUNGAN MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA TEMUKAN MIKROPLASTIK SUNGAI BRANTAS

Komunitas Lingkungan Hidup Mahasiswa prodi Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Trunojoyo Madura yang tergabung dalam Kelompok studi CAER (Community of Aquatic Environment) melakukan penelitian di sungai Brantas, kali Surabaya dan sungai Marmoyo pada bulan Januari-Pebruari 2021. Hasilnya mereka menemukan kontaminasi mikroplastik dalam air sungai dan lambung ikan.  Penelitian CAER menunjukkan dalam 100L air terdapat 59-100 partikel mikroplastik. Temuan lainnya adalah mikroplastik dalam lambung ikan Wader dan Ikan Nila yang ada di Kali brantas. Kandungan mikroplastik ini sangat berbahaya bagi ekosistem sungai terutama ancaman Kesehatan masyarakat yang berinteraksi dengan sungai.

Sumber Mikroplastik

Mikroplastik bersumber dari sampah-sampah plastic yang dibuang di sungai dan terdegradasi menjadi serpihan plastic berukuran 1 mikron hingga 5000 mikron. Sistem pengelolaan sampah di DAS Brantas hanya mampu melayani kurang dari 40% sehingga masyarakat di DAS Brantas umumnya membuang sampah ke Sungai. Sumber lainya adalah keberadaan industry kertas yang menggunakan bahan baku kertas bekas, ada lebih dari 12 perusahaan kertas yang membuang limbahnya ke Kali Brantas (menggunakan bahan baku kertas berkas yang bercampur dengan plastic). Temuan Ecoton 2018 menyebutkan 12 pabrik kertas di Brantas dalam limbahnya mengandung mikroplastik bahkan dari satu perusahaan limbahnya mengandung 3000 partikel/100 Liter. Selain sampah plastic pabrik kertas juga menyumbangkan mikroplastik kedalam perairan Sungai Brantas.

Mengapa Mikroplastik Berbahaya?

Mikroplastik berbahaya karena Pertama terbentuk dari senyawa polimer (PE, PP, PS dan PVC)  dan zat aditif yang bersifat racun (Phtalat, BPA, Alkylphenol, Dioksin, BFRS dan UV stabilizer), kedua hidrofobik, memiliki ikatan terbuka sehingga mampu menyerap kontaminan diperairan seperti logam berat, pertisida, deterjen dan bahan polutan berbahaya lain yang terlaurt dalam air, ketiga  Media patogen atau habitat bakteri patogen dengan mengikat lemak yang menjadi substrat bagi bakteri patogen tersebut. Beberapa penelitian membuktikan adanya ikatan antara zat aditif mikoplastik dan polutan di air  meningkatkan toksisitas polutan (meningkatkan efek racun polutan di perairan).



Dominasi Mikroplastik Fiber

Pada penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kelimpahan mikroplastik tertinggi terdapat pada stasiun Tapen, Kemlagi, dan Perning yang merupakan aliran sungai marmoyo. Jenis mikroplastik yang dominan ditemukan adalah Fiber. Jumlah mikroplastik jenis Fiber tersebut mencapai 32-93 partikel/100 liter. Kelimpahan mikroplastik tertinggi terjadi di maura sungai marmoyo di perning dengan di temukan jenis mikroplastik fiber yang dominan. Tingginya jenis di muara sungai marmoyo di akibatkan banyak tumpakan sampah rumah tangga di sekitar bantaran sungai marmoyo. Penelitian tentang mikroplastik dilakukan menggunakan metode kering yaitu dengan mengambil sampel sebanyak 100 liter dan disaring dengan saringan Mesh ukuran T165. 


Mikroplastik adalah serpihan partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 mm  mengandung polimer plastik seperti Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polistirin (PS), Polivinil klorida (PVC) dan zat aditif/tambahan seperti : Pembuat lentur (phtalat/plastiziser) mampu meningkatkan resistensi insulin yang dikaitkan dengan diabetes, Penguat (bisphenil A/BPA), Alkylphenols  zat aditif yang biasa ditambahkan sebagai pengemulsi pada plastik, diketahui termasuk senyawa yang mimic (meniru) estrogenik sehingga mampu menyebatkan interseksualitas (kelamin ganda) pada ikan bahkan dihubungkan dengan infertilitas pada laki-laki), dioksin, senyawa perflourinasi, BFRS (tahan api), dan UV Stabilizer


 


Selasa, 02 Februari 2021

PERINGATI HARI LAHAN BASAH SEDUNIA 5 MAHASISWI UINSA TELITI MIKROPLASTIK KALI PORONG

Tim Relawan Sungai Brantas di Tlocor











2 Pebruari diperingati secara Global sebagai hari lahan basah, di Jawa Timur hari ini dilakukan Mahasiswa turun ke sungai. Mahasiswi Biologi Biologi UINSA dan analisis Kimia SMKN 1 Driyorejo  tergabung dalam tim Relawan Sungai Brantas melakukan kegiatan monitoring kualitas air di sepanjang Kali Porong yang merupakan anak sungai Brantas. Salah satu lokasi yang dimonitoring adalah  Tlocor Sidoarjo yang menjadi muara Kali Porong anak sungai Kali Brantas. " Karena selama ini jarang ada penelitian mikroplastik di Kali Porong, " ungkap Linda Setya Mahasiswi Jurusan Biologi Universitas Sunan Ampel Surabaya. Kegiatan monitoring kualitas air  di Kali Porong mengambil sample air, sedimen, udang, kupang, ikan dan limbah Industri. " Untuk mengetahui kontaminasi mikroplastik di ekosistem maka harus dilakukan pengambilan sample yang lengkap mencakup air, sedimen dan biota airnya, " ujar Ulfi Hidayatul Husna lebih lanjut mahasiswi semester lima jurusan Biologi UINSA menjelaskan bahwa setelah sampel diambil dikali porong selanjutnya akan diuji di lab Mikroplastik di Laboratorium Mikroplastik ecoton dengan menggunakan mikroskop binokuler untuk mengidentifikasi jenis mikroplastik yang ada di ekosistem Kali Porong. 

"Mikroplastik di air sangat berbahaya karena serpihan plastik ini akan menyerap polutan di air seperti logam berat dan senyawa berbahaya untuk kemudian berpindah ke biota air yang dikonsumsi manusia," papar Annisa Inda Sanabila mahasiswa peneliti UINSA. Mikroplastik yang ada di air juga berbahaya karena tersusun atas polimer beracun dan bahan-bahan aditif yang bersifat karsinogen dan mengganggu hormon dalam sistem endokrin manusia.

Dalam kegiatan pengambilan sampel pada Selasa (2/2/2021) diambil sample pada tiga lokasi yaitu rolak songo, jembatan Porong dan Tlocor di ketiga lokasi ini diambil sample air, sedimen, ikan, udang dan kerang. Hasil uji mikroplastik akan dipaparkan dalam kegiatan webinar dalam rangka  peringatan hari lahan basah sedunia 22 pebruari 2021.

Pengambilan sampel air di Tlocor Sidoarjo yang merupakan muara Kali Porong. Sebanyak 100 liter air disaring menggunakan saringan plankton dengan ukuran mesh 350. Di Tlocor ini tim relawan sungai brantas mengambil sampel air di 3 lokasi.
Tim Relawan Sungai Brantas mahasiswi Biologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya menggunakan alat penyaring mikroplastik (APM). APM terdiri dari tripod, corong alumunium dan saringan plankton ukuran mesh 350 

Mikroplastik dan Logam Berat, Duet Maut Perusak Ekosistem Bengawan Solo

Kontaminasi mikroplastik dan Logam berat di bengawan Solo apabila tidak dikendalikan akan merusak ekosistem Bengawan Solo, Abainya pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemkot Surakarta dalam pengendalian pencemaran akan mempercepat kerusakan Bengawan Solo
Bengawan Solo darurat mikroplastik dan logam berat! Penelitian Awal tahun 2021 yang dilakukan oleh mahasiswa semester V Biologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Muhammad Yusron dari KS Enviro dan Muhammad Asroul Jaza dari KS Kepak Sayap. Pada Bengawan Solo ditemukan 51 partikel mikroplastik per 100 liternya. Temuan lain menunjukkan Bengawan Solo di Sungai Samin tercemar logam berat khrom, kadmium, dan timbal, serta senyawa kimia berbahaya khlorin dan nitrit, bahkan tingkat pencemarannya tidak memenuhi air kelas 3. Bahkan kadar khrom meningkat 9 kali lipat dari baku mutunya. Mengapa Mikroplastik Berbahaya? Mikroplastik berbahaya karena Pertama terbentuk dari senyawa polimer (PE, PP, PS dan PVC) dan zat aditif yang bersifat racun (Phtalat, BPA, Alkylphenol, Dioksin, BFRS dan UV stabilizer), kedua hidrofobik, memiliki ikatan terbuka sehingga mampu menyerap kontaminan diperairan seperti logam berat, pertisida, deterjen dan bahan polutan berbahaya lain yang terlaurt dalam air, ketiga Media patogen atau habitat bakteri patogen dengan mengikat lemak yang menjadi substrat bagi bakteri patogen tersebut. Beberapa penelitian membuktikan adanya ikatan antara zat aditif mikoplastik dan polutan di air meningkatkan toksisitas polutan (meningkatkan efek racun polutan di perairan). Sebagai contoh, mikroplastik mampu memperparah imunotoksisitas BPA pada ikan. Mikroplastik yang ada di Bengawan Solo berasal dari dua sumber utama, yaitu 1. Mikroplastik primer, adalah mikroplastik yang sengaja dibentuk industri untuk produk tertentu seperti butiran dalam produk personal care (sabun, pembersih muka, odol dan kosmetik) yang disebut microbeads. Di sepanjang bengawan Solo banyak ditemukan limbah cair domestic dari pemukiman yang langsung membuang limbah cairnya tanpa proses pengolahan ke Bengawan Solo. 2. Mikroplastik sekunder berasal dari plastik ukuran besar yang telah terdegradasi menjadi partikel lebih kecil. Contohnya berasal sampah-sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke Badan air seperti tas kresek, sachet, Styrofoam, packaging makanan/minuman dari plastik, popok dan laundry/serat fiber pakaian tekstil. Beberapa penelitian di Hilir bengawan Solo menemukan kandungan mikroplastik dalam lambung ikan, hal ini berbahaya karena Kandungan mikroplastik dalam saluran pencernaan dapat menimbulkan rasa kenyang yang palsu, sehingga ikan mengalami penurunan nafsu makan. Mikroplastik juga dikhawatirkan dapat memfasilitasi transportasi kontaminan kimia dan menjadi pembawa kontaminan organik maupun anorganik yang berbahaya. Masuknya mikroplastik kedalam tubuh biota pada akhirnya akan masuk kedalam tubuh manusia dan akan menimbulkan efek gangguan Kesehatan karena selain plastik terbuat dari bahan berbahaya, plastik juga berfungsi sebagai transporter yang mengangkut logam berat dan senyawa beracun. Gangguan pada manusia adalah mengganggu system hormone dan system hormone. Rekomendasi untuk Pemerintah Mengingat dampak bahaya yang mungkin ditimbulkan akibat pencemaran mikroplastik dan polutan kimia, upaya pengendalian pencemaran mikroplastik dan polutan kimia harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya telah menghasilkan berbagai teknologi yang dapat digunakan oleh manusia untuk mengendalikan pencemaran Sungai Bengawan Solo dan mengembalikan fungsi sungai sebagai bahan baku PDAM, sarana Wisata, fungsi perikanan dan pertanian. Mendesak Pemerintah Kota Surakarta dan Pemprop Jawa Tengah untuk mengendalikan pencemaran mikroplastik di bengawan Solo melalui :: 1. Upaya penegakan hukum bagi industri pencemar yang membuang limbah cair tanpa diolah 2. Melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya ekosistem Bengawan Solo agar tumbuh rasa Melu Handarbeni bengawan Solo yang merupakan sumber peradaban di Pulau Jawa 3. Pembangunan instalasi limbah cair untuk sektor industri skala rumah tangga seperti industry tekstil rumahan dan produsen alcohol di Kawasan Kali Samin 4. Penyediaan tempat sampah agar warga tidak buang sampah kesungai dengan melibatkan tanggunjawab produsen yang menghasilkan sampah plastik berupa sachet, bungkus makanan/minuman,popok bayi dan bungkus plastik untuk kebutuhan sehari-hari (consumer good) 5. Melakukan patroli bengawan solo Rutin untuk mengendalikan buangan limbah cair industry, limbah domestic dengan melibatkan Aparat pemerintah, Komunitas/organisasi lingkungan, Perguruan Tinggi dan apparat penegak hukum. 6. Memberikan bantuan pembangunan TPS 3R disetiap Desa yang dilalui Bengawan Solo, untuk mengendalikan pembuangan sampah plastik di Bengawan Solo

Nina : "Wings, Nestle, Unilever dan Mayora, Stop Banjiri Sungai Indonesia dengan Sachetmu!"

Nina bersama aktivis lingkungan dunia Melakukan Aksi Didepan Centre Shaw di Ottawa, Kanada Kamis (25/4/2024). Mendesak Produsen Global untuk...