Senin, 30 Mei 2022

KRUENG ACEH TERKONTAMINASI MIKROPLASTIK

Sampah Plasti di Bawah Jembatan Keumireu Kecamatan Kuta Cot Glie,
Kabupaten Aceh Besar, Sabtu (28/5/2022) Provinsi Aceh

Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) dan Perkumpulan Telapak Teritori Aceh Pada sabtu dan Minggu (28 dan 29/5/2022) melakukan deteksi kesehatan Krueng Aceh yang hulunya ada di Aceh Besar sedangkan hilirnya ada di Banda Aceh. Dalam pengambilan uji kualitas air dan kontaminasi Mikroplastik sample air diambil di empat lokasi mewakili Segmen Hulu, Segmen Tengah dan Segmen Hilir.
Krueng Aceh telah terkontaminasi mikroplastik, polanya semakin kearah hilir jumlah mikroplastik makin bertambah, dan jenis yang paling banyak mencemari air sungai adalah jenis fiber atau partikel mikroplastik yang berbentuk benang, jenis fiber ini bersumber dari tekstil atau bahan pakaian polyester yang dicuci kemudian benang-benangnya rontok dan mengalir melalui bilasan air menuju ke sungai” Ungkap Eka Chlara Budiarti, lebih lanjut peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan konservasi lahan basah (ecoton) menjelaskan bahwa meski Nampak air krueng aceh tidak terlalu keruh namun dengan menggunakan mikroskop pembesaran 40-400 kali bisa ditemukan hingga 150 Partikel Mikroplastik dalam 100 liter air sungai.

Rabu, 25 Mei 2022

LEPPAMI Banda Aceh : Sungai Bukan Tempat Sampah

Aksi Himbau Warga Tapak Tuan agar tak buang sampah di Krueng Sarullah (26/5)
LEPPAMI Banda Aceh dan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara himbau warga Tapak Tuan tidak lagi membuang Sampah Plastik ke Krueng Serullah. Kamis pagi (26/5/2022) aktivis LEPPAMI dan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara melakukan aksi damai di Muara Krueng Serrulah. Dengan membawa spanduk bertuliskan Krueng Sarulah BUKAN Tempat Sampah" Tapatuan Zerowaste dan "Sampah Sachet Cemari Cantiknya Krueng Sarulah". Sebelum melakukan aksi dua orang aktivis ini mengumpulkan sampah-sampah plastik untuk dikumpulkan dan diidentifikasi jenisnya. 

SAMPAH SACHET WINGS DAN UNILEVER CEMARI PANTAI BARAT ACEH SELATAN

Tonicko Anggara menunjukkan sampah sachet di muara Krueng Sarulah (24/5)

“Kami menemukan banyak sampah sachet dari produsen-produsen besar yang mengganggu estetika di kota Tapak Tuan” ungkap Tonicko Anggara, lebih lanjut aktivis  Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam mahasiswa Islam (LEPPAMI) Aceh  merasa prihatin dengan banyaknya sampah yang tidak terkelola yang menggangu keindahan kota.  
Temuan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara menunjukkan bahwa Krueng Sarulah tercemar Mikroplastik. “Dijadikannya sungai sebagai tempat sampah akan menimbulkan kontaminasi mikroplastik di perairan, karena sampah plastik di perairan akan terpecah menjadi mikroplastik” Ungkap Amiruddin Muttaqin, lebih lanjut peneliti tim ESN ini menjelaskan bahwa perilaku masyarakat masih menganggap sungai menjadi tempat sampah ditambah dengan minimnya anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten pada penanganan problem sampah sehingga minim pembangunan fasilitas infrastruktur pengelolaan sampah. “tidak aneh jika sungai dijadikan tempat sampah karena Pemerintah Daerah belum memprioritaskan penanganan sampah’ Lanjut Amiruddin.

Selasa, 24 Mei 2022

Krueng Sarulah Terkontaminasi Mikroplastik Ayo Gotong Royong Selamatkan Sungai Tapak Tuan

Sampah Plastik menjadi sumber mikroplastik di Krueng Rasulah (24/5)

Tim Ekspedisi Nusantara Pada Selasa (24/5/2022) melakukan deteksi kesehatan Krueng Rasulah Kota Tapak Tuan. Tapak Tuan adalah ibu kota Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Sampel air diambil pada tiga lokasi di Lubuk Simerah, Kampung hulu dan Muara. Di Lubuk Simerah yang masih terlindungi Tim ESN tidak mendapati kontaminasi Mikroplastik, namun di Kampung hulu dan Muara Krueng Rasulah tim ESN menemukan mikroplastik sebanyak 38 hingga 210 partikel mikroplastik dalam 100 liter air sungai. “Temuan mikroplastik di Krueng Rasulah Tapak tuan disebabkan banyaknya sampah plastik yang dibuang di badan air sungai, beragam jenis sampah plastik seperti tas kresek, sachet makanan, Styrofoam, popok bayi dan packaging (bungkus) personal care seperti sachet shampo, sabun, detergen cuci dan botol plastik minuman” ungkap Amiruddin muttaqin, lebih lanjut Peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan basah (ecoton). 

Minggu, 15 Mei 2022

1332 Pohon Plastik Tebar Pencemaran Mikroplastik di Ciliwung

Ekspedisi Penyususan Ciliwung (Minggu, 15 Mei 2022)
Komunitas Ciliwung dan Ekspedisi Sungai Nusantara lakukan Kegiatan Susur sungai Ciliwung Minggu pagi, 15/Mei/2022 di Gelar oleh 3 Komunitas Ciliwung bersama Tim Ekspedisi Sungai Nusantara dan Water Witness ditemukan 1332 Pohon terlilit sampah plastik “Komunitas Ciliwung Saung Bambon, Ciliwung Institute dan Komunitas Ciliwung Kedung Sahong bersama tim Ekspedisi Sungai Nusantara dan Water Witness menginisiasi kegiatan ekspedisi Susur Ciliwung sepanjang 12 Kilometer untuk mengidentifikasi sumber-sumber kontaminasi mikroplastik yang mencemari Ciliwung,” Ungkap Asun Sudirman, lebih lanjut peneliti Senior Ciliwung Institut ini menyatakan bahwa temuan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ecoton) pada tahun 2021 menyebutkan kontaminasi Mikroplastik sebanyak 146 Partikel Mikroplastik dalam setiap 100 liter air Ciliwung, namun tidak dijelaskan sumber-sumber yang menyebabkan timbulnya mikroplastik di Ciliwung. 

Kamis, 05 Mei 2022

SUNGAI TERKONTAMINASI MIKROPLASTIK, AKTIVIS BENTUK PELUS BENGKULU

Andi Kurnia Agung (tengah) dipercaya menjadi Koordinator Komunitas Pelus Bengkulu,
Kamis Malam (5/5/2022) di Cafe Umak Coffe Bengkulu  dihadiri Ketua Forum DAS Bengkulu,
Joni Irwan (Kiri) dan Anggota Telapak Teritori Bengkulu, Hayuri Gusaptatur (kanan).
Temuan tim peneliti dan aktivis lingkungan di Bengkulu menyebutkan bahwa Sungai Air Bengkulu, Nelas, hulu Musi dan Danau dendam tak sudah terkontaminasi mikroplastik 10-20 partikel mikroplastik/100 liter air sungai. "Kami prihatin dengan adanya cemaran mikroplastik di perairan Bengkulu karena air Bengkulu menjadi bahan baku PDAM kota Bengkulu, perlu upaya untuk mengedukasi dan mendorong semua pihak di Kota Bengkulu untuk bertindak menyelamatkan Sungai-sungai di Bengkulu dari pencemaran mikroplastik" ungkap Andi Kurnia Agung, lebih lanjut Ketua Mapetala Bengkulu menjelaskan bahwa dibutuhkan komunitas untuk melindungi aset Sumberdaya alam di Bengkulu berupa sungai-sungai dan keanekaragaman flora dan fauna yang bergantung pada ekosistem sungai.

RUMAH KOMPOS JADI KUNCI PENYELESAIAN PROBLEM SAMPAH KOTA BENGKULU

Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Akhir kota Bengkulu di Air Sebakul

 "Dari setiap rumah harusnya dimulai untuk memilah antara sampah organik dan sampah Non-Organik. Sampah organik seperti sisa makanan, sampah dapur dan bahan yang bisa terurai, Sedabgkan sampah nonorganik seperti plastik, Kaca,  Karet, kertas dan bahan lain yang susah di daur ulang," ungkap Hayuri Gusaptatur, lebih lanjut anggota Telapak Badan Teritori Bengkulu menjelaskan bahwa komposisi sampah di TPA Air Sebakul bengkulu sebagian besar (65%) merupakan sampah organik, sedangkan sampah non organik sebesar 35%, jika setiap rumah di Kota Bengkulu mau melakukan pemilahan maka minimal ada pengurangan sampah yang akan dibawa ke TPA.

7 Tuntutan Aktivis Untuk Bengkulu Bebas Sampah Plastik

Aktivis lingkungan Bengkulu melakukan brand audit pada timbulan sampah liar
di Jl Raya Air Sebakul (5/5/2022)
Kamis Siang 4 orang aktivis lingkungan dari Yayasan Ulayat, Perkumpulan Mapetala Bengkulu, Telapak Badan Teritori Bengkulu dan Ecoton melakukan aksi damai di Lokasi timbunan sampah liar di Jl Raya Air Sebakul Kota Bengkulu. Para aktivis membentangkan spanduk informatif dan himbauan kepada masyarakat. Spanduk yang dibentang bertuliskan "Sungai Bukan Tempat Sampah" dan " Bengkulu Darurat Sampah Plastik". Pengendara yang lewat melihat aksi yang dilakukan oleh 4 orang aktivis ini. "tujuan aksi kami ini untuk menghimbau masyarakat agar tidak membuang sampah di tepi sungai dan di tepi Jalan, kami juga mendesak Pemkot untuk menyediakan sarana tempat sampah yang memadai" ungkap Andi Kurnia, lebih lanjut Ketua Perkumpulan Mapetala Bengkulu ini juga mengungkapkan bahwa saat ini kondisi pengelolaan sampah di Kota Bengkulu jauh dari amanat Perda 2/2011 tentang pengelolaan sampah di Kota Bengkulu, sehingga organisasi lingkungan hidup di Bengkulu merasa Perlu untuk menuntut Pemkot Bengkulu untuk mengimplementasikan Pengelolaan sampah yang baik di Kota Bengkulu.

KOTA BENGKULU DARURAT SAMPAH PLASTIK

Aksi damai aktivis lingkunga Bengkulu di Jl Raya AIi sebakul Kamis (5/5/2022)

“Sampah plastik diperairan Bengkulu sudah memberikan dampak nyata pada kerusakan ekosistem, sumber air PDAM Bengkulu dari Sungai Nelas dan Air Bengkulu telah terkontaminasi mikroplastik 10-20 partikel dalam 100 liter air, dalam ikan di Pantai Segara Bengkulu ditemukan 16-41 partikel mikroplastik dalam setiap ekor ikan yang di teliti” Ungkap Andi Kurnia, lebih lanjut ketua Mapetala Bengkulu ini menjelaskan bahwa  bahkan dalam lambung Ikan Layur (Trichiurus lepturus), Ikan Gulama (Johnius trachycephalus), Ikan Kuwe (Carangoides caeruleopinnatus) Ikan Lemah (Lactarius lactarius ) dan Ikan Lencam (Lethrinus lentjan) di pantai Segara Bengkulu telah diteliti ole Prodi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu pada September 2020 hingga februari 2021. “Sistem pengolahan sampah Pemkot Bengkulu menjadi salah satu factor utama kontribusi sampah plastik ke perairan di Bengkulu, sampah-sampah plastik yang tidak terkelola inilah yang menjadi sumber terbentuknya mikroplastik,” Ungkap Amiruddin Muttaqin, peneliti Ekspedisi Sungai Nusantara.

Selasa, 03 Mei 2022

Bahan Baku PDAM Kota Bengkulu Terkontaminasi Mikroplastik

Temuan timbulan sampah liar di ByPass Air Sebakul Bengkulu (30/4/2022)

"Buruknya pengelolaan sampah oleh Pemerintah Kota Bengkulu mendorong masyarakat membuang sampahnya ke tepi Air Bengkulu dan perairan terbuka di Kota Bengkulu, ditemukan lebih dari 20 titik timbulan sampah ilegal di jembatan-jembatan air Bengkulu, danau dan saluran air" ungkap Amiruddin Muttaqin, koordinator ekspedisi sungai Nusantara. Banyaknya timbulan sampah plastik menyebabkan kontaminasi mikroplastik dalam air Bengkulu dan Danau Dusun Besar. " Sampah plastik yang tidak terkelola akan terfragmentasi menjadi mikroplastik atau serpihan kecil berukuran lebih kecil dari 5 mm, temuan kami di Air Bengkulu, Danau Dusun Besar dan Sungai Nelas menunjukkan bahwa terdapat 12 dalam 100 liter air" ungkap Andi Afriza pengurus Telapak BT Bengkulu, lebih lanjut Andi Afriza menyebutkan bahwa dari 12 partikel yang ada terbanyak adalah jenis filamen atau lembaran yang berasal dari plastik bening.”kita harus lebih berhati-hati dalam penggunaan air sebagai bahan baku air minum karena kini telah diketahui bahwa bahan baku PDAM penduduk Kota Bengkulu telah tercemar Mikroplastik” Ungkap Andi Afriza. 

Nina : "Wings, Nestle, Unilever dan Mayora, Stop Banjiri Sungai Indonesia dengan Sachetmu!"

Nina bersama aktivis lingkungan dunia Melakukan Aksi Didepan Centre Shaw di Ottawa, Kanada Kamis (25/4/2024). Mendesak Produsen Global untuk...