Malang (2/2) dalam rangka memperingati hari Lahan Basah Internasional, Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) dan Asosiasi Komunitas Sungai Nusantara (AKSI Nusantara) menggelar aksi damai di Alun - Alun Kota Malang. Aksi damai ini merupakan salah satu kampanye terhadap keresahan-keresahan atas kondisi sungai Brantas, sementara Kota Malang termasuk daerah hulu dari sungai Brantas.
Lahan basah mencakup
wilayah payau, rawa, gambut atau perairan mengalir atau menggenang termasuk
sungai. Sungai brantas sebagai salah satu ekosistem lahan basah yang menyimpan
keanekaragaman hayati serta manfaat bagi masyarakat baik secara ekonomi,
ekologi maupun budaya saat ini kondisinya semakin memprihatinkan.
Sepanjang tahun 2022
sesuai hasil penelitian Ekspedisi Sungai Nusantara menemukan bahwasanya Jawa
Timur menjadi salah satu provinsi tertinggi yang terkontaminasi mikroplastik.
Sungai Brantas termasuk sungai yang menyumbang polusi mikroplastik.
Mikroplastik ini berasal dari sampah-sampah plastik yang dibuang ke sungai.
Sampah plastik yang ada
dilingkungan tidak akan terurai dan hilang, tetapi hanya akan terpecah menjadi
mikroplastik. faktor yang menyebabkan
sampah plastik terpecah menjadi mikroplastik adalah pelapukan, fotolisis,
abrasi, mekanik, dan bahkan dekomposisi mikroba. Mikroplastik adalah remahan
atau potongan plastik yang berukuran lebih kecil dari 5mm hingga 1 μm, terdapat
2 kategori partikel mikroplastik berdasarkan ukurannya yaitu ukuran besar 1-5
mm dan kecil <1mm.
Menurut Rafika
Aprilianti, peneliti mikroplastik ECOTON menjelaskan bahwa Mikroplastik tidak
dapat dengan mudah dihilangkan dari perairan karena sifatnya yang persisten.
Tingkat kontaminasi polusi mikroplastik dapat berdampak pada rantai makanan di
perairan laut, mulai dari dari mikroorganisme seperti plankton, berbagai jenis
ikan, dan mamalia
Mikroplastik yang telah
terakumulasi di lingkungan akan mempengaruhi kesehatan lingkungan beserta biota
yang ada didalamnya. Mikroplastik yang ada di lingkungan dapat menyerap dan
mengangkut bahan kimia beracun dilingkungan menuju rantai makanan manusia. Dari
semua penyakit yang mempengaruhi kesehatan manusia, diperkirakan lebih dari 50%
murni akibat faktor lingkungan. para peneliti menemukan bahwa mikroplastik
polipropilena akan dengan mudah menyerap senyawa organik hidrofobik dan disebut
sebagai polutan organik persisten (POP). Pembakaran terbuka plastik dan produk
plastik melepaskan polutan seperti logam berat, dioksin, PCB dan furan yang
bila terhirup dapat menimbulkan risiko kesehatan terutama gangguan pernapasan.
Saat produksi plastik
ditambahkan juga zat additif untuk memberikan karakteristik dan sifat bahan
plastik, seperti fleksibilitas dan tahan terhadap panas dan sinar UV.
Zat-zat ini tidak
terikat secara kovalen dengan plastik, dan dapat dengan mudah larut dan
terakumulasi (mengendap) di lingkungan. Zat aditif tersebut berpotensi
tersalurkan kedalam tubuh organisme dan menyebabkan gangguan hormon endokrin. Paparan
mikroplastik pada ibu hamil menyebabkan berkurangnya berat testis pada calon
bayinya, merusak sel epitel pada reproduksi dan penurunan jumlah sperma. Paparan
mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan vas deferens, viabilitas dan
konsentrasi sperma menurun, meningkat malformasi sperma, dan apoptosis sel
spermatogenik.
Tonis Afrianto pegiat Zero Waste ECoton menjelaskan bahwa, melalui kampanye ini kami merekomendasikan Kota Malang untuk mempeluas layanan tata kelola sampah hingga pelosok desa, “pemerintah membangun TPS 3R di setiap desa dengan didukung fasilitas sampah (Dropo sampah) di pelosok desa dan masyarakat yang hidup dibantaran sungai”, tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar