Rabu, 09 November 2022

Heboh! Perairan kota Sorong Terkontaminasi Mikroplastik

Kami melakukan pengambilan sampel air sebanyak 50 liter air sungai, setelah diamati dibawah mikroskop portable dengan pembesaran hingga 400 kali ditemukan mikroplastik rata-rata 148 partikel mikroplastik di sungai-sungai dalam Kota Sorong dan sedangkan pada lokasi control di Sungai Klamono hanya ditemukan 4 partikel dalam 100 liter airsungai Klamono" ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut peneliti ESN ini menjelaskan bahwa sungai Klamono dianggap masih bersih dari polusi mikroplastik dibandingkan sungai – sungai di Kota Sorong

Dody Aleman Wamblesa, koordinator Generasi Peduli Sungai Klamono sedang melakukan pengamatan mikroplastik air sungai Klawalu Distrik Sorong Timur, Kota Sorong (7/11). Dengan menggunakan mikroskop portable pembesaran 100 kali ditemukan rata-rata 148 partikel mikroplastik pada sungai-sungai di Kota Sorong.

Komunitas Generasi Peduli Sungai Klamono (G-PSK) berkolaborasi dengan ekspedisi sungai nusantara (ESN) Melakukan uji mikroplastik pada sungai-sungai di Kota Sorong.  Ada 4 Sungai yang dipantau yaitu

1.      Sungai Remu Kelurahan Malawei Distrik Sorong Manoi dan  Muara Sungai Remu

2.      Klawuyuk, Kelurahan Klawuyuk Distrik Sorong Timur

3.      Klawalu, Kelurahan Klawalu Distrik Sorong Timur

4.      Sungai Klamono distrik Klamono Kabupaten Sorong (Lokasi Kontrol)


Buruknya pengelolaan Sampah Kota Sorong

"Tidak ada pengelolaan sampah dan penyediaan sarana tempat sampah yang memadahi oleh Pemerintah sehingga masyarakat membuang sampahnya ke sungai atau di Bakar" ungkap Dody Aleman Wamblesa, lebih lanjut Koordinator GPSK menyebutkan bahwa sampah plastik yang tidak terkelola memenuhi saluran air dan bermuara ke pantai Sorong. “yang sering saya dengar saling lempar kesalahan, Pemerintah bilang sampah di sungai karena masyarakat kurang sadar sedangkan masyarakat menyalahkan Pemerintah karena tidak menyediakan sarana pengelolaan sampah yang layak,” Ungkap Dody, Alumnus Jurusan Teknik Geologi Universitas Cendrawasi Jayapura, Propinsi Papua.

"Indonesia memiliki roadmap pengurangan sampah plastik ke laut hingga 70% pada tahun 2025 namun hingga kini sampah-sampah dari sungai tak terkendali masuk ke perairan pesisir, belum ada upaya serius pemerintah daerah untuk ikut mengurangi volume sampah plastik yang masuk ke laut" Ungkap Prigi Arisandi lebih lanjut fellow ashoka ini menjelaskan bahwa sebagian besar jenis mikroplastik yang mencemari perairan sorong adalah jenis fiber yang berasal dari limbah cair domestik.

 Dampak kontaminasi mikroplastik ini selain ancam ekosistem perairan dan keanekaragaman hayati laut juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Sorong yang kerap mengkonsumsi ikan. "Karena bentuk mikroplastik sama dengan plankton maka, ikan menganggap mikroplastik adalah makanan, maka semakin banyak sampah plastik masuk ke laut semakin besar terbentuknya mikroplastik dan makin besar peluang ikan makan plastik" ungkap Prigi Arisandi

Tabel  pengamatan uji mikroplastik dibawah ini menunjukkan bahwa jenis mikroplastik paling dominan adalah Jenis Fiber (54%) atau benang-benang yang umumnya berasal dari serat tekstil atau bahan benang pakaian yang umumnya berjenis polyester. Sedangkan terbanyak kedua adalah jenis fragmen (38%) dari pecahan plastik sedangkan terbanyak ketiga adalah mikroplastik jenis film atau filament (6%) yang umumnya berasal dari jenis plastik bening, tas kresek plastik, plastik wrapping atau plastik pembungkus sedangkan jenis paling sedikit adalah granula (2%) yang berasal dari microbeads atau mikroplastik butiran yang berasal dari scrub, pemutih wajah, bahan kosmetik dan bahan odol dan sabun cair.

Tabel Jenis dan Jumlah Mikroplastik Pada Sungai-Sungai di Kota Sorong (100 Liter)

No

Jenis Mikroplastik

Klamono

Sungai Remu

Muara Remu

Klawuyuk

Klawalu

Total

%

1.

Fiber

4

72

76

110

60

322

54

2.

Fragmen

0

24

12

35

155

226

38

3.

Filamen

0

4

12

20

0

36

6

4.

Granula

0

0

12

0

0

12

2

 

Total

4

100

112

165

215

596

100

Dari tabel diatas menunjukkan kondisi sungai Klamono merupakan lokasi Kontrol penelitian yang belum banyak terkontaminasi mikroplastik karena sedikitnya jumlah penduduk yang tinggal di tepi sungai Klamono. Kondisi Sungai di Kota Sorong menunjukkan terkontaminasi Mikroplastik dengan lokasi yang kadar mikroplastiknya tertinggi adalah Sungai Klawalu, dengan jumlah mikroplastik sebesar 215 partikel mikroplastik (PM) dalam 100 liter air, kandungan mikroplastik terbanyak kedua di Klawuyuk (165 PM/100 L), sedangkan sungai Remu  kandungan mikroplastiknya 112 PM/100 L.

 

Dari temuan mikroplastik di Sungai Remu menunjukkan :

1.      Buruknya pengelolaan sampah plastik di Kota Sorong, Temuan dilapangan menunjukkan banyak sampah plastik jenis sachet, botol plastik dan packaging yang ditemukan di selokan-selokan kota, minimnya layanan sampah di rumah-rumah penduduk dan minimnya sarana tempat sampah dipemukiman serta tidak adanya system layanan penjemputan dan ketersediaan sarana TPS  3R pada level kelurahan membuat penduduk membuang sampah sembarangan

2.      Masifnya penggunaan plastik sekali pakai, Tidak adanya pengendalian penggunaan plastik sekali pakai seperti Tas Kresek, Sedotan, Sachet, Styrofoam, botol air minum sekali pakai dan popok membuat pembungkus plastik sekali pakai ini massif digunakan karena dianggap praktik dan ekonomis namun pada kenyataannya menumpuknya sampah plastik di perairan membawa efek kerusakan ekosistem dan ancaman kesehatan karena sampah plastik akan terfragmentasi menjadi mikroplastik. Mikroplastik ini identic dengan plankton dan dianggap ikan sebagai makanannya, saat ini 80% di Pulau jawa diketahui telah terkontaminasi mikroplastik, dari 220 ikan karang yang ditangkap di Ternate 183 diketahui terpapar mikroplastik. Adanya mikroplastik dalam lambung ikan harus menjadi peringatan serius pada manusia untuk mengendalikan meledaknya jumlah mikroplastik di perairan. Prediksi United Nation Environment Programme (UNEP) jumlah sampah plastik di laut akan lebih banyak dibandingkan jumlah ikan

3.      Minimnya peran Produsen dalam ikut mengolah sampahnya. PermenKLHK 75/2019 tentang roadmap pengurangan sampah plastik kelaut hingga 70% pada tahun 2025 mendorong produsen yang menghasilkan sampah plastik yang tidak bisa diolah secara alami untuk ikut mengelola 30% jumlah sampah yang dihasilkan.

4.      Rendahnya kesadaran Masyarakat untuk ikut mengurangi produk sampah p lastik. Indeks kepedulian lingkungan penduduk Indonesia saat ini masih dibawa 0,5 dari 0-1, artinya kesadaran masyarakat masih rendah dalam partisipasi pengendalian sampah. Masih banyak dijumpai penduduk membakar sampah dan membuang sampah plastik di badan air meskipun ada larangan untuk tidak membuang sampah di sungai.

GPSK DAN ESN Mendorong Pemko Sorong untuk memprioritaskan pengendalian sampah plastik yang masuk ke perairan, melalui

1.      Penyediaan sarana sampah di Fasum maupun pemukiman di kelurahan

2.      Harus ada sarana pengelolaan sampah pada tiap kelurahan dan Distrik

3.      Membuat Regulasi larangan atau pengurangan penggunaan plastik sekali pakai(Tas Kresek, Sedotan, Sachet, Styrofoam, botol air minum sekali pakai dan popok)

4.      Mendorong kelompok-kelompok masyarakat untuk ikut menjaga agar tidak ada warga yang membuang sampah plastik sembarangan

5.      Mendorong produsen seperti Unilever, Nestle, Wings, Indofood, Mayora, Coca Cola dan Santos untuk ikut mengelola sampah bungkus plastik/packaging yang tercecer di Kota Sorong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nina : "Wings, Nestle, Unilever dan Mayora, Stop Banjiri Sungai Indonesia dengan Sachetmu!"

Nina bersama aktivis lingkungan dunia Melakukan Aksi Didepan Centre Shaw di Ottawa, Kanada Kamis (25/4/2024). Mendesak Produsen Global untuk...