Pada Sabtu hingga
minggu (3-4/Aguustus/2021) Tim Ekspedisi sungai Nusantara berkolaborasi dengan
Komunitas Young Solidarity Banjar Baru dan Perkumpulan Telapak Kalimantan
Selatan melakukan kegiatan Brand Audit di Sungai Kemuning Banjar Baru, Sungai
Barito dan Sungai Martapura. “Kami
melakukan audit terhadap brand atau merk sampah plastik yang banyak ditemukan
di sungai-sungai di Kalimantan Selatan untuk mengetahui produsen apa yang
paling banyak mencemari sungai-sungai kita” Ungkap Lisber Halomoan, lebih
lanjut Aktivis Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan menyatakan bahwa
sampah-sampah plastik yang paling banyak ditemukan adalah packaging dari
produsen kebutuhan sehari-hari seperti PT Unilever, PT Wings, PT Indofood, PT
Nestle dan PT Unicharm Produsen pembalut wanita dan Popok bayi.Aksi Menuntut EPR pada PT Wings di Surabaya
Sampah Sachet Meumpuk di Pesisir pantai
Pencemaran
Mikroplastik pada Rantai makanan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito menjadi
ancaman baru bagi masyarakat di Kalimantan Selatan. Temuan Tim Ekspedisi Sungai
Nusantara dan Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan menemukan bahwa 10 Spesies
ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat mengandung mikroplastik 53 Partikel
Mikroplastik/Ekor. “ 10 ekor ikan yang diteliti adalah ikan patung, seluang,
Tembubuk, Lompok, Lais, Nila, Puyau, Sili-sili, Handungan dan Ikan Senggiringan
ternyata telah terkontaminasi mikroplastik, Ikan lais paling banyak tercemar
dengan kandungan dalam lambungnya sebesar 135 Partikel Mikroplastik” Ungkap
Prigi Arisandi, lebih lanjut Peneliti ESN ini menjelaskan bahwa salah satu
penyebab utama tercemarnya ikan oleh mikroplastik adalah banyaknya sampah
plastik yang ditemukan di sungai-sungai. “Untuk mengendalikan kontaminasi
mikroplastik dalam tubuh ikan kita harus mengendalikan sampah plastik yang
masuk ke dalam perairan” Ungkap Lisber Halomoan, Lisber menjelaskan bahwa
sampah plastik yang ada di sungai-sungai akan terpecah menjadi serpihan plastik
berukuran kecil yang disebut Mikroplastik. “ karena ukuran mikroplastik sama
dengan ukuran plankton maka ikan-ikan di sungai menganggap mikroplastik adalah
makanan, semakin banyak sampah plastik yang dibuang ke sungai maka akan semakin
banyak jumlah mikroplastik yang ada dalam lambung ikan” imbuh Lisber Halomoan.
“Produsen harus ikut
bertanggungawab atas sampah plastik yang dihasilkan dari bungkus produk mereka”
ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut Prigi menjelaskan bahwa selain dua Faktor
yang menyebabkan sungai menjadi tempat sampah yaitu :
Pertama, minimnya sarana tempat sampah, pengangkutan sampah dan pengolahan
sampah
Aksi Penyerahan sampah sachet Ke Unilever Tbk
Kedua, Rendahnya kesadaran masyarakat sehingga buang sampah kesungai kini
menjadi budaya. Faktor lainnya adalah
produsen penghasilkan sampah dari bungkus produk tidak ikut terlibat dalam
pengelolaan sampahnya padahal dalam Undang-undang Pengelolaan sampah 18/2008
menyebutkan bahwa produsen bertanggungjawab atas sampah dari bungkus produk
yang dihasilkan yang tidak dapat diolah secara alami. “ produsen besar seperti Unilever, Indofood dan Wing harus bertanggungjawab
atas sampah sachet yang dihasilkan dan terbuang ke sungai karena sampah jenis
sachet ini tidak dapat didaur ulang karena plastiknya berlapis-lapis, sehingga
tidak ada yang mendaurulang dan akhirnya dibuang ke sungai,” ungkap Prigi.
Produsen yang menghasilkan
sampah plastik dan mencemari sungai harus ikut bertanggungjawab mengolah sampah
yang ada di sungai. “Selain minimnya sarana dan rendahnya kepedulian masyarakat penyebab
lainnya adalah masifnya penggunaan plastik sekali pakai untuk packaging atau
bungkus makanan, minuman dan kebutuhan rumah tangga" ungkap Ria
Nurhayati, lebih lanjut aktifis Komunitas Young Solidarity Banjar Baru
menjelaskan bahwa bungkus plastik yang banyak digunakan umumnya berbentuk
sachet yang sulit untuk didaur ulang sehingga sampah plastik jenis ini banyak ditemukan disungai.
Kegiatan brand audit
dilakukan dengan memunggut sampah plastik yang hanyut dan tersangkut dalam
aliran sungai kemudian dikumpulkan berdasarkan merk dan produsennya dari
pengumpulan sampah di Sungai Kemuning diketahui 70% sampah yang dipunggut
berupa tas kresek, Plastik bungkus, Styrofoam, sedotan dan bungkus plastik
lainnya. 30% sampah berupa sachet dengan lima produsen terbesar adalah
1. PT Unilever 21% (Pepsodent, Sunlight,
Royco, Molto dan RInso)
2. PT Wings 15,7% (Mie Sedap, So Klin,
Teh Rio)
3. PT Indofood 8,4% (Indomie, Chitato)
4. PT Nestle 7,3% (Bear Brand, Milo,
Nescafe)
5. PT UniCharm 7,3% ( safe night)
Merk lainnya yang
ditemukan Siantar Top, Mayora, Orang Tua, Marimas, SinarMas, Wilmar, Nabati,
Taro, indolacto, ABC, Kapal Api, Danone, Cocacola)
Rekomendasi
1. Mendorong Produsen yang terbukti
sampahnya mencemari sungai di Kalimantan Selatan PT Unilever, PT Wings, PT
Indofood, PT Nestle, PT Unicharm untuk ikut membersihkan sungai-sungai di Kalsel
dari sampah plastik
2. Mendorong Produsen mengolah sampah
plastik dari sampah bungkus productnya
3. Mendorong Pemerintah (PUPR, Pemprov)
untuk bertanggungjawab mengendalikan sampah plastik agar tidak mencemari sungai
Barito
4. Mengurangi penggunaan sampah plastik
sekali pakai
5. Mendorong Pemerintah Kota/kabupaten
di Kalimantan Selatan menyediakan sarana tempat sampah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar